28.8.12

Memilih legowo

Ada sebuah kisah:
Konon di suatu zaman, ada sebuah desa yang sangat makmur, dipimpin oleh seorang lurah yang sangat bijaksana, cukup disegani dan disayangi rakyatnya. Desanya makmur, dan tentrem. Tapi meskipun demikian, entah karena alasan apa lurah tersebut memilih sekdes (sekretaris desa) yang kurang berkenan di hati rakyatnya, dan dirasa tidak tepat menjadi pemimpin pimpinan mereka.

Alkisah suatu hari si lurah berjalan-jalan seorang diri ke sebuah pegunungan yang di situ ada sebuah kadipaten. Kadipatennya cukup besar, dan saat itu sedang berlangsung musim pergantian adipati. Adipati yang memimpin kadipaten tersebut ternyata tidak cukup mumpuni dalam memimpin dan mengelola sehingga kemakmuran rakyatnya tidak begitu kelihatan. Rakyat yang miskin masih banyak. Ternyata, berita kepiawaian si lurah dalam mengelola sudah menyebar ke seantero penjuru angin, ke pasar-pasar, ke warung-warung, dan sebagainya.

Tak ayal lagi, sebagian rakyat kadipaten yang mengetahui perjalanan si lurah ke daerahnya, mencalonkan si lurah untuk menggantikan adipati sekarang. Pemimpin yang kepiawaiannnya sangat mereka idam-idamkan. Pemimpin yang mereka harapkan akan membawa perbaikan dan perubahan di kadipatennya.

Namun ternyata tidak semua rakyat pegunungan menyetujui rencana tersebut. Apa sebab?
Karena mereka yang sebagian itu mengetahui bahwa jika si lurah menjadi adipatinya, desa yang ditinggalkan si lurah akan dipimpin oleh sekdes yang tidak berkenan di hati rakyat desa itu. Dan itu akibatnya tidak lebih baik daripada keadaan kadipatennya saat ini.

Setelah berembug dalam suasana yang hangat akhirnya penduduk kadipaten di pegunungan tersebut tidak jadi mengajukan si lurah untuk menggantikan adipati sekarang.
Mereka legowo dengan keadaan mereka saat ini, demi menolong saudara mereka di desa asal si lurah agar keadaannya tidak lebih buruk daripada apa yang mereka alami. Bagi mereka, adipati sekarang masih lebih baik ketimbang si sekdes.
Lebih baik berbagi keadaan baik, daripada dia menjadi sangat baik tetapi saudaranya yang lain jadi berkeadaan lebih buruk. Toh berita kepiawaian si lurah itu hanya mereka dengar dari pasar-pasar dan warung-warung. Tidak pernah mereka melihat sendiri atau merasakannya sendiri.

Dan akhirnya, si lurah tetap memimpin desa asalnya, dan si adipati tetap memimpin kadipaten gunung itu dengan banyak syarat perbaikan kepemimpinan dan pengelolaan.

##seandainya saja jakarta mau untuk seperti kadipaten itu ... (#era: pilkada Jakarta)
##seandainya saja rakyat indonesia mau untuk seperti kadipaten itu ... (#era: pilpres 2014)

No comments:

Post a Comment