3.7.14

Perang Doa Pendukung Jokowi dan Prabowo

Ini bukan tentang Jokowi dan Prabowo... Tapi tentang perang Badar..


Dua pasukan telah berhadap-hadapan. Pasukan Al Haq yang dipimpin oleh Rasulullah dan pasukan Al Bathil yang dipimpin Abu Jahal telah saling melihat dan bersiaga di Badar, hari itu.

Di malam menjelang pertempuran, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan doa yang penuh kepasrahan, ketundukan dan kekhusyu’an. Sampai-sampai mantel beliau terjatuh dari pundaknya. Bahkan Abu Bakar yang turut menemani beliau berdoa sampai berkata sambil menangis: “Cukup wahai Rasulullah, cukup wahai Rasulullah.”

Dalam doanya itu, Rasulullah menyerahkan kelangsungan umat yang beribadah kepada Allah ini kepada-Nya. “Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi,” doa Rasulullah diselingi isak tangis, “ya Allah, kecuali Engkau menghendaki untuk tidak disembah lagi setelah hari ini.”

Pada kelompok yang bersebarangan, Abu Jahal pun memanjatkan “doa” kepada Allah. Ia katakan “Ya Allah! Dia (Muhammad) telah menyebabkan hubungan persaudaraan antar sesama kami terputus, dia telah datang kepada kami dengan sesuat yang tidak kami kenal, karenanya, hancurkanlah dia esok hari.”

Malam itu benar-benar terjadi “perang doa”. Satu doa dipanjatkan oleh Al Amin, seseorang yang ’azizun ‘alaihi maa anittum, hariisun ‘alaikum bil mu’miniina ra’uufur-rahiim dan telah dinyatakan Allah sebagai orang yang ’ala khuluqin ‘adhiim. Sedangkan doa yang lain dipanjatkan oleh orang yang menghabiskan segala potensinya untuk menghambat dan menghadang laju dakwah.

Malam itu terjadi perang doa, antara seorang yang tawadhu, tawakkal, khusyu’, bercita-cita mulia serta tajarud, melawan doa orang yang congkak, bengis, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor.

Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak berpihak kepada Abu Jahal. 

Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada ’ala khuluqin ‘adhiim, dan tidak berpihak kepada penghambat laju dakwah.

Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada kelompok yang tawadhu, tawakkal, khusyu’, bercita-cita mulia serta tajarud. Tidak berpihak kepada orang-orang yang congkak, bengis, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor.

Saudaraku, jika engkau mendapati hari ini tengah dan akan berlangsung “peperangan” antara haq dan bathil, pertempuran untuk memenangkan dakwah atas para penentangnya, berdoalah kepada Allah. Berdoalah yang khusyu’ penuh harap, diiringi tawakkal dan keyakinan bahwa kemenangan dari Allah. Bisa jadi musuhmu juga berdoa hingga terulang perang doa. Maka bersungguhlah dalam berdoa. Contohlah nabimu yang menangis dan mengulang-ulang doanya. Contohlah nabimu yang tidak mempedulikan mantelnya terjatuh dan dinginnya malam badar menusuk tulang. Sebab ia khusyu’ dengan doanya. [Disarikan dari Rambu-rambu Amal, karya Ust Musyaffa A. Rahim]

sumber: http://www.bersamadakwah.com/

Komentar pribadi: 
Jadi antara pendukung Prabowo & Jokowi, mana yang Abu Jahal mana yang Nabi Muhammad?
Anda dipihak siapa?

No comments:

Post a Comment