Tulisan ini bukan membahas tentang bagaimana seharusnya seorang aktivis dakwah (utamanya mantan kampus), tapi sekedar ingin berbagi apa yang saya pernah alami.
Mimpi seorang mahasiswa setelah lulus tentu ingin mendapatkan pekerjaan yang layak, hidup mapan, berkecukupan. Saya kira semua ingin seperti itu, termasuk saya.
Tapi yang saya rasakan, ternyata mendapatkan pekerjaan yang layak itu tidak semudah yang dibayangkan, kecuali yang memang bermental enterpreneur barangkali.
Agar penghasilan kita "aman" terkadang kita mesti menggadaikan seluruh waktu kita, konsentrasi kita, juga kesetiaan kita pada lembaga/ orang yang memperkerjakan kita.
Aktivitas pembinaan diri pun kian hari kian sebatas rutinitas. Datang pengajian pekanan thok sudah dianggap cukup. tanpa amal dakwah yang lain. Seiring waktu berjalan rasa ngaji kan kian hambar, tidak datang halaqoh menjadi sesuatu yang terasa lumrah.
Mimpi seorang mahasiswa setelah lulus tentu ingin mendapatkan pekerjaan yang layak, hidup mapan, berkecukupan. Saya kira semua ingin seperti itu, termasuk saya.
Tapi yang saya rasakan, ternyata mendapatkan pekerjaan yang layak itu tidak semudah yang dibayangkan, kecuali yang memang bermental enterpreneur barangkali.
Agar penghasilan kita "aman" terkadang kita mesti menggadaikan seluruh waktu kita, konsentrasi kita, juga kesetiaan kita pada lembaga/ orang yang memperkerjakan kita.
Aktivitas pembinaan diri pun kian hari kian sebatas rutinitas. Datang pengajian pekanan thok sudah dianggap cukup. tanpa amal dakwah yang lain. Seiring waktu berjalan rasa ngaji kan kian hambar, tidak datang halaqoh menjadi sesuatu yang terasa lumrah.